Kamis, 05 September 2019

JEMAAT DI MAKMURKAN ADALAH CONTOH GEREJA YANG DI BANGUN TUHAN

Tidak Seorangpun yang Berkekurangan.

By DDS Lumoindong.


Karena setiap orang yang berkelebihan maka suka memberi.

Adakah hal ini benar di praktekkan gereja masa kini ?

Jika gerejanya kaya makmur tapi jemaatnya masih banyak miskin yang tidak di beri makan maka ini bukan cara yang di inginkan Tuhan.

JPI hadir mengembalikan ajaran sebagaimana dikatakan kitab suci, apa adanya.

Sebab Roh Kudus yang ditempatkan Tuhan dalam setiap umat, akan bekerja jika umat berpegang pada apa kata kitab suci.


Melihat kehidupan jemaat gereja pada abad 1 jika dibandingkan dengan jemaat abad 21 maka bagaikan desa suku terasing dibandingkan dengan ibukota negara. Sangat jauh sekali perbedaannya dalam hal cara pelayanan para rasul dan gaya hidup jemaat. Terlalu sangat jauh ketertinggalan sehingga seolah-olah sulit dilakukan diwujudkan cara hidup demikian kata seorang pendeta.


Kenapa jauh sekali perbedaan, tentu ada sesuatu yang salah dalam pengajaran sehingga terjadi perbedaan demikian jauh. Perlunya koreksi cara kerja sistem pelayanan dan harus di mulai dari ajaran. Jika para pengajar ajarkan bahwa ini tidak mungkin terjadi maka akan demikian, sebaliknya jika mengajarkan iman percaya penuh maka tidak ada yang mustahil bagi yang percaya.


Jika para oemimpin organisasi gereja hanya berjuang memikirkan bagaimana gereja menjadi besar tanpa memikirkan bagaimana kehidupan jemaatnya, maka yang terjadi adalah seperti sekarang ini, gereja menjadi banyak jemaatnya tetapi jemaatnya tidak menjadi sejahtra. Kenapa karena jemaat berjuang sendirian dalam mengatasi problem keluarganya masing-masing. 


Sebaliknya kenapa gereja abad 1 mengalami hidup berkelimpahan sejahtra sampai tidak ada satupun yamg alami kekurangan karena para pemimpin tidak memikirkan diri sendiri. Mereka hidup senasib sepenanggungan, persembahan yang banyak tidak di gunakan untuk memakmurkan organisasi sehingga memiliki gedung yang megah, sebaliknya para rasul tidak membangun gedung megah yang dapat saudara kunjungi saat berwisata ke Yerusalem. Padahal dengan 3 ribu orang saja jemaat di baptis pada hari pentakosta maka bisa di bayangkan 1 tahun kemudian bisa mencapai sekurang-kurangnya 10 ribu orang. Mari kita lihat kemampuan pembangunan gereja di masa kini dengan jumlah jemaat yang sama. Gedungnya sudah 24 lantai dengan daya tampung bangunan yang luas seperti  Mall di Kota Manado. Bisa dibayangkan para rasul menerima persembahan tanah dan rumah maka pasti dana tersebut jika di anggarkan membangun bangunan mampu membangun bangunan lebih besar lagi. Tapi faktanya tidak ada bangunan sebesar itu yang menjadi peninggalan yang ditemukan arkeologi. Bangunan gereja di Yerusalem adalah bangunan yang di buat pada beberapa abad kemudian, justru jauh sesudah para rasul tidak ada.

Yahshua (Yesus) berkata Siapa yang haus, baiklah ia minum". Mari kita lihat kebenaran ini dicatat Yohanes 7 pada hari terakhir hari raya Sukkot (Pondok Daun)

37  Dan pada hari terakhir, yaitu pada puncak perayaan itu, Yesus berdiri dan berseru: "Barangsiapa haus, baiklah ia datang kepada-Ku dan minum!

 38  Barangsiapa percaya kepada-Ku, seperti yang dikatakan oleh Kitab Suci: Dari dalam hatinya akan mengalir aliran-aliran air hidup."

 39  Yang dimaksudkan-Nya ialah Roh yang akan diterima oleh mereka yang percaya kepada-Nya; sebab Roh itu belum datang, karena YAHshua (Yesus) belum dimuliakan

Sangat jelas Roh Kudus bekerja mengalir bagaikan mata air keluar mengalir dari dalam hati setiap orang percaya, jika berpegang sebagaimana yang tertulis dalam kitab suci. Jadi perkataan asli kitab suci sesuai manuskrip di yakini akan membuat aliran Roh Kudus bekerja. Sebaliknya jika tidak percaya, ragu maka ini tidak membuat aliran Roh ini tidak mengalir. Misalnya kata kitab suci : Ampunilah kesalahan kami SEBAGAIMANA KAMI TELAH MENGAMPUNI KESALAHAN ORANG YANG BERSALAH pada kami. Ayat ini jika kita pegang maka Roh akan bekerja membuat kita mengampuni siapapun yang bersalah pada kita.

Meyakini kesembuhan maka Kesembuhan akan terjadi. Jadi Roh Kudus berkarya jika kita tidak menolak kebenaran sebagaimana tertulis, seperti apa adanya. Jika kita menolak misalnya mengampuni, dan justru menyimpan kesalahan orang lain, maka ini akan menghambat Roh Kudus berkarya. Ini menjadi akar pahit, kekecewaan, sakit hati, dendam yang membuat kebencian yang bekerja yang digunakan Setan untuk membuat kita terjerumus melakukan dosa melakukan hal-hal jahat. 

Sangat penting kita percaya dan pegang apa katakan kitab suci tanpa membantah, tidak gunakan alasan apapun untuk tidak melakukan kebenaran tersebut.

Kitab suci berkata Juallah hartamu dan ikutlah Aku, ini sebuah perkataan yang sulit dilakukan oleh orang yang bergelimang harta. Sebaliknya bagi yang miskin akan mudah dikerjakan karena hartanya sedikit, kurang berharga. Jemaat muka-mula meyakini perkaraan Tuhan 100 % itu sebabnya mereka berani menjual kebun tanah bahkan rumah yang di sumbangkan sepenuhnya pada para rasul. Itu sebabnya jemaat alami tidak berkekurangan tidak seorangpun. Ini hal luar biasa di dalam 1 persekutuan tidak ada satupun yang merasa berkekurangan. Setiap orang memiliki rasa tanggungjawab memikul beban sesama, rasa kepedulian yang sangat tinggi terhadap kebutuhan sesama jemaat.

Apa yang di alami jemaat abad pertama bisa kita alami jika berpegang pada kata kitab suci.


Persoalannya jika gembala saja tidak haus akan kebenaran ini, artinya gembala tidak terlalu membutuhkan, tidak menganggap ini penting terjadi. Maka bagaimana jemaat akan merasa hal ini penting.


Yahshua berkata "Hendaklah ia minum". Hanya orang haus yang membutuhkan air minum, demikian juga dengan kebenaran ini hanya yang haus dan percaya kebenaran ini lalu bertindak dalam hal ini yang akan mengalami ini. Minumlah atau ambillah dan telan kebenaran ini, percayalah maka ini akan terlihat pada pengajaran gereja yang telah meminum kebenaran ini maka pengajaran yang disampaikan adalah kebenaran ini yang banyak meluap keluar di smapaikan. Sebaliknya jika yang di prioritaskan ajaran baptis maka gereja ini akan penuh dengan ajaran baptis, artinya terkenal dengan baptis, gereja yang fokusnya ajaran kemakmuran, maka hereja tersebut terkenal dengan theologi kemakmuran yang terjadi kemakmuran organisasi bukan jemaat.

Para rasul dapat membuat persekutuan jemaat mula-mula mengalami kehidupan yang makmur dan sejahtra. Tidak ada yang tidak makan atau kekurangan gizi, kekurangan pakaian dan sebagainya. Ini akan terwujud jika kita merespon .menerima dan melakukan kebenaran.

Pelayanan JPI akan mengelola keuangan gereja untuk membantu jemaat supaya anak-anak mendapat gizi yang cukup, pendidikan terbaik, memperoleh penghasilan yang cukup dalam memenuhi kebutuhan keluarga.

Kiranya setiap jemaat JPI memperoleh kasih karunia berlimpah menjadi pelaku seluruh kebenaran, mentaati perkataan Tuhan.


Weshalom

Pengurus Sinode JPI

Jumat, 22 Juli 2016

Hari Raya Sukkot atau Pondok Daun Perintah Tuhan Yang wajib dilaksanakan


Oleh David DS Lumoindong

Hari raya Sukkot yang disebut juga Pondok Daun, Merupakan salah satu hari raya Yahudi yang dirayakan Yahshua Hamasiakh (Yesus Kristus) dan para rasul serta jemaat abad pertama. Dalam kitab Ulangan 16:16 disebut merupakan salah satu dari 3 hari raya yang wajib bagi pria setiap tahun harus di rayakan dengan membawa korban khusus.
https://s-media-cache-ak0.pinimg.com/736x/b5/e7/e6/b5e7e6a0e8a3174294b44139c5547fdd.jpg

Ketiga hari raya tahunan yang harus dilaksanakan dengan berpusat di Yerusalem, yaitu Pesakh (Paskah), Shavuot (Pentakosta) dan Sukkot (Pondok daun) (Ul 16:16-17). Pada masa-masa perayaan seperti itu, kota Yerusalem dan sekelilingnya, termasuk Betlehem yang hanya beberapa kilometer dari Yerusalem, disesaki oleh jemaah-jemaah yang datang dari pelosok negeri dan segala penjuru dunia (lihat laporan kedatangan umat Yahudi pada peristiwa Shavuot (Pentakosta) ada yang Yahudi dari Arab, Roma  dab sebagainya Kis 2:1-11). Diperkirakan pada masa-masa perayaan seperti itu, ada sekitar satu juta umat yang berkumpul di Yerusalem. Mereka yang diluar Yerusalem harus pulang dan melaksanakan perjalanan dengan mengendarai kendaraan berkuda atau onta bahkan berlayar.

Gereja abad pertama melaksanakan perayaan Yahudi sesuai contoh dan ajaran Yesus dan para rasul merayakan 8 hari raya Yahudi baik hari Raya Paskah Yahudi, Pendamaian, Hanukah (Pentahbisan Bait Suci) di Yohanes 10,  merayakan Pondok Daun atau Sukkot sebagaimana di tulis oleh rasul Yohanes 7:1-2 sbb: “Sesudah itu Yesus berjalan keliling Galilea, sebab Ia tidak mau tetap tinggal di Yudea, karena di sana orang-orang Yahudi berusaha untuk membunuh-Nya. Ketika itu sudah dekat hari raya orang Yahudi, yaitu hari raya Pondok Daun”.

Rasul Paul (Paulus)  merayakan hari raya Pentakosta atau Shavuot sebagaimana dicatat dalam Kisah Rasul 20:16 (Bandingkan Kis 2:10, 1 Kor 16:8), “Paulus telah memutuskan untuk tidak singgah di Efesus, supaya jangan habis waktunya di Asia. Sebab ia buru-buru, agar jika mungkin, ia telah berada di Yerusalem pada hari raya Pentakosta”.



https://s-media-cache-ak0.pinimg.com/736x/b5/e7/e6/b5e7e6a0e8a3174294b44139c5547fdd.jpghttps://s-media-cache-ak0.pinimg.com/736x/b5/e7/e6/b5e7e6a0e8a3174294b44139c5547fdd.jpg
Hari raya Sukot merupakan hari raya perintah wajib yang mengandung ancaman konskwensi berkat jika merayakan dan kutuk jika tidak merayakan. Lihat Zakaryah 14, bangsa dan keluarga yang tidak merayakan dihukum dengan tulah Mesir dan tidak turun hujan pada masa pemerintahan sang Tuhan yang menjadi Raja diraja di bumi. 




 
https://upload.wikimedia.org/wikipedia/id/thumb/c/c1/Sukkotibadah.jpg/250px-Sukkotibadah.jpg
Seorang Yahudi sedang membawa empat macam tanaman yang digunakan dalam ritual Sukkot di Yerusalem.
https://s-media-cache-ak0.pinimg.com/736x/b5/e7/e6/b5e7e6a0e8a3174294b44139c5547fdd.jpgHari Raya Pondok Daun (bahasa Ibrani: סוכות or סֻכּוֹת, sukkōt) atau perayaan Tabernakel adalah sebuah Hari Raya Yahudi; merupakan perayaan pengucapan syukur bagi Israel atas hasil panen yang dirayakan selama tujuh hari pada bulan purnama di antara bulan September dan Oktober.[1] Tepatnya, hari raya ini dilaksanakan pada 15 Tisyri menurut Kalender Yahudi).[2] Perayaan ini disebut dengan "Sukkot" dalam bahasa Ibraninya karena aspek utama dari festival ini adalah sebuah pondok (sukkah).[2] Perayaan ini adalah salah satu dari 3 hari raya peziarahan bagi orang Yahudi, selain Shavuot dan Pesakh.[3] Pada masa perayaan ini, umat Yahudi berziarah ke Bait Elohim di Yerusalem sambil membawa persembahan.[3]

Setiap keluarga Yahudi membangun sebuah pondok berdinding tiga dan memiliki atap yang terbuat dari ranting palem dan dedaunan.[1] Pondok-pondok tersebut disiapkan untuk menyambut tujuh tamu mistis, yaitu Abraham, Ishak, Yakub, Musa, Harun, Yusuf, dan Daud yang dipercaya akan datang ke pondok yang dibuat itu selama festival tersebut berlangsung.[1]
Kaum Samaria memiliki cara yang sedikit berbeda dalam merayakan hari raya ini. Mereka membangun sukkah di dalam rumah mereka.[4] Selain itu, sukkah yang mereka bangun tidak memiliki dinding, melainkan hanya atap tempat menggantung buah-buahan.[4]
Pemaknaan Hari Raya Pondok Daun
Di dalam Alkitab, festival ini dimaknai sebagai festival panen utama bangsa Yahudi (Keluaran 23:{{{ayat}}} dan Ulangan 16:{{{ayat}}}), festival utama Bait Elohim (Bilangan 29), dan sebagai pengingat bagi bangsa Israel mengenai pengembaraan yang mereka lakukan di padang pasir ketika keluar dari tanah Mesir (Imamat 29).[5][6][7] Pada masa pengembaraan, umat Israel tinggal dalam pondok-pondok sementara, yang pada perayaan ini direpresentasikan dengan sebuah pondok.[6][7] Dalam konsep sebagai festival panen, perayaan ini menandakan berakhirnya musim panen.[6] Para petani datang ke Yerusalem bersama keluarganya untuk bersyukur atas hasil panen yang mereka terima.[6] Selama masa pergi ke Yerusalem ini mereka tinggal di dalam pondok tersebut.[6]
Pada masa Bait Elohim masih berdiri, perayaan ini dilanjutkan dengan "Festival Mengambil Air" (Simhat Bet ha-Sho'evah).[8] Lalu, dilaksanakan penuangan air ke atas altar sebagai sebuah permohonan akan datangnya hujan.[8]

Perayaan ini menunjuk pada puncak perayaan dari tujuh hari raya. Sukkot merupakan peringatan atas penyertaan YAHWEH di padang gurun. YAHWEH hadir di tengah-tengah Yishrael melalui MISHKAN (Kemah Suci) di mana SHEKINAH YAHWEH berada di dalamnya. Bangsa Yishrael tinggal di pondok-pondok kayu sambil merayakan panen buah-buahan. Dalam Perjanjian Baru menunjuk pada saat mana “Kerajaan Seribu Tahun Damai” dan juga “Langit Baru dan Bumi Baru” di mana YAHWEH memerintah bersama Yesus Sang Mesias.

Membaca perintah dalam Imamat 23:34-44 kita mendapatkan beberapa ciri dan karakter Perayaan Pondok Daun yaitu: (1) Pertemuan ibadah (2) Korban (3) Membangun pondok-pondok daun dan ranting (4) Pengumpulan buah-buahan (5) Tinggal dalam pondok-pondok (6) Sukacita dan nyanyi-nyanyian.


Persiapan dan Pelaksanaan Hari Raya Pondok Daun
https://upload.wikimedia.org/wikipedia/id/thumb/8/80/Sukkotkeluarga.jpg/200px-Sukkotkeluarga.jpg
Sebuah keluarga Yahudi di Zurich sedang bersiap-siap merayakan hari raya Sukkot.
Sebelum festival ini dirayakan, setiap keluarga Yahudi menyiapkan sebuah pondok sementara yang terdiri atas tiga dinding dan beratapkan ranting-ranting.[9] Mereka juga membawa empat jenis tanaman, yakni buah limau, ranting-ranting pohon dedalu (willow), daun palem, dan cabang pohon myrtle untuk diberkati di dalam sukkah tersebut.[9] Keempat jenis tanaman ini diasosiasikan dengan air yang mengalir dan datangnya hujan yang memberikan kehidupan.[10]
https://upload.wikimedia.org/wikipedia/id/d/d6/Pohonpondok.jpg
Foto sebuah pondok yang dibuat pada hari raya Pondok Daun (sukkah).
Sukkah yang dibuat perlu memenuhi beberapa kriteria berikut :
  • Berdinding 3 dan tahan terhadap angin yang cukup kencang.[9]
  • Atapnya dibuat terakhir dan dibuat oleh bahan-bahan yang berasal dari tanaman.[9]
  • Bagian atapnya tidak boleh terlalu rapat sehingga orang yang ada di dalamnya masih bisa melihat bintang.[11]
Pemberkatan dilakukan di dalam Sinagoge dengan membawa sebuah ikatan yang terdiri dari buah limau, ranting pohon Willow, daun palem, dan cabang pohon myrtle yang sama dengan yang mereka persiapkan untuk diberkati di dalam sukkah.[10] Ikatan tersebut dilambai-lambaikan sambil berdoa untuk memastikan keramahan mereka memengaruhi kehidupan mereka.[10] Selain itu, diangkat pula doa-doa untuk turunnya hujan sebagai berkat bagi seluruh makhluk yang ada di bumi.[10]
Selama hari raya ini berlangsung, umat Yahudi diharuskan untuk makan bersama di dalam sukkah tersebut dan menghabiskan sepanjang hari mereka di dalamnya[2], namun dalam masyarakat Yahudi modern, umumnya mereka hanya melaksanakan ritual makan bersama saja dan tidak menghabiskan seluruh waktu mereka di dalam sukkah tersebut.[3] Apabila hujan besar turun, mereka diperbolehkan untuk tidak melakukan ritual makan di dalam sukkah ini.[3] Para keluarga Yahudi juga diajak untuk berkumpul dengan sanak saudara dan teman-teman mereka dan merayakan hari raya ini bersama-sama.[3]
Referensi
1.      ^ a b c (Indonesia) Rasid Rachman.2005.Hari Raya Liturgi. Jakarta:PT BPK Gunung Mulia. Hlm.22
2.      ^ a b c (Inggris)R.J. Zwi Werblowsky dan Geoffry Wigoder.1997.The Oxford Dictionary of The Jewish Religion.New York:Oxford University Press.hlm 659-660.
3.      ^ a b c d e (Inggris) George Robinson. 2000.Essential Judaism: a complete guide to beliefs, customs and rituals. New York:Pocket Books.
4.      ^ a b (Inggris)Reinhard Pummer.1987.The Samaritans.Belanda:E.J.Brill. hlm 23.
5.      ^ (Inggris) Haakan Ulfgard.1998.The Story of SukkotJerman:Mohr Siebeck.
6.      ^ a b c d e (Inggris)Richard D. Bank.2002.The Everything Judaism Book : A Complete Primer to The Jewish. U.S.A: Adams Media. hlm 121-123.
7.      ^ a b (Inggris)Morris Epstein.1970.All About Jewish Holidays and Customs.U.S.A:KTV Publishing House.hlm 28.
8.      ^ a b (Inggris)Geoffrey Wigoder.1989.The Encyclopedia of Judaism.New York:MacMillan Publishing Company. hlm 671-677.
9.      ^ a b c d (Inggris)Ann Morrill.2009.Thanksgiving and Other Harvest Festivals.China:print Matters, Inc.. hlm 21-23.
10.  ^ a b c d (Inggris)Jacob Heusner, Alan J. Avery-Peck, William Scott Green.1999.The Encyclopedia of Judaism.New York:The Continuum Publishing Company.hlm 46-47.
11.  ^ Ronald H. Isaacs.2006.Questions Christians : ask the rabbi.New Jersey : KTAV Publishing House. hlm 67.


Sumber :
Wikipedia bahasa Indonesia, Kitab Suci, Teguh Hindarto

YAHUDI ALIRAN KARAIT



Yahudi Karait atau Karaisme (juga disebut Orang-Orang Kara; bahasa Ibrani: קָרָאִים, Standar Standar : Qaraʾim Tiberias Bahasa Tiberian : Qārāʾîm ; yang berarti: Pembaca [dari Kitab-Kitab]; bahasa Inggris: Karaite Judaism, atau Karaism atau Karaites) adalah gerakan Yahudi yang mempunyai ciri dan karakteristik berdasarkan Tanakh sebagai Kitab Suci mereka, dan menolak Hukum Lisan (Mishnah dan Talmud). Ini berbeda dengan Yudaisme Rabbinik umum, yang menganggap "Taurat Lisan", keputusan legalistik Sanhedrin yang dibukukan dalam Talmud, dan karya-karya selanjutnya, sebagai tafsiran otoritatis bagi Taurat. Golongan Karait berpendapat bahwa semua perintah ilahi yang diturunkan kepada Musa oleh Elohim telah dicatat dalam Taurat tertulis, tanpa tambahan Hukum Lisan maupun penjelasan. Akibatnya, orang Yahudi Karait tidak menerima koleksi tulisan dari tradisi lisan dalam Mishnah atau Talmud sebagai hukum yang mengikat.
Daftar isi
Etimologi
Istilah "Karait" berasal dari kata "miqra" (מקרא), istilah Yahudi untuk Alkitab Ibrani, serta akar kata (shoresh) "qara" (קרא) yang artinya "memberitakan melalui pembacaan."
Sejarah
Asal mula
https://upload.wikimedia.org/wikipedia/commons/thumb/e/e5/KaraiteSynnagogOldCity.jpg/220px-KaraiteSynnagogOldCity.jpg
Sinagoga Karait di Kota Tua (Yerusalem).
Perbedaan pendapat di antara golongan-golongan Yahudi mengenai keabsahan Hukum Lisan dapat ditelusuri sejak abad ke-2 dan ke-1 SM, sehingga sejumlah pakar melacak asal mula aliran "Karaisme" di antara orang-orang yang menolak tradisi Talmudik, karena dianggap sebagai karangan tambahan.
Abraham Geiger mengajukan pendapat adanya kaitan antara golongan Karait sebagai sisa-sisa golongan Saduki, sekte Yahudi dari abad ke-1 yang mengikuti Alkitab Ibrani secara harfiah dan menolak pengakuan orang Farisi terhadap Hukum Lisan jauh sebelum dibuat penulisannya (beberapa abad kemudian, antara lain sebagai Talmud). Pandangan Geiger ini didasarkan dari perbandingan halakha antara Karait dan Saduki: misalnya, ada segolongan minoritas Yahudi Karait yang tidak percaya adanya kebangkitan orang mati atau hidup setelah kematian, seperti halnya orang Saduki.[1] Teolog Inggris John Gill (1767) menulis,
"Pada zaman John Hyrcanus, dan Alexander Janneus putranya, muncul suatu sekte: dari golongan Karait, yang bertentangan dengan golongan Farisi, yang telah memperkenalkan sejumlah tradisi dan menyusun Hukum Lisan, semuanya ini ditolak oleh mereka (Karait). Dalam masa-masa pemimpin-pemimpin tersebut, hidup Simeon ben Shetach, dan Judah ben Tabbai, yang berkembang pada tahun A. M. 3621, kedua orang ini berpisah, yang kedua dari yang pertama, karena ia tidak dapat menerima "ciptaan" dari orang pertama yang dihasilkan dari pemikiran sendiri; dan dari orang kedua ini muncul golongan Karait, yang awalnya disebut masyarakat atau jemaat Judah ben Tabbai, yang kemudian diganti namanya menjadi Karaites."[2]
Gill juga melacak sekte Karait dari perpecahan antara Kelompok (schools) Hillel the Elder dan Shammai pada tahun 30 SM.[3]
Namun, Bernard Revel, dalam disertasinya mengenai "Karaite Halakhah," menolak banyak bukti-bukti yang diberikan Geiger.[4] Revel juga menunjukkan banyak korelasi antara halakha Karait dan telogi serta interpretasi Filo dari Aleksandria, filsuf dan pakar Yahudi dari abad ke-1 M, serta tulisan-tulisan Karait dari abad ke-10 yang menyadur tulisan-tulisan Filo. Ini memperlihatkan bahwa orang-orang Karait menggunakan tulisan-tulisan Filo dalam perkembangan gerakan mereka, meskipun komentator Karait selanjutnya, dalam Abad Pertengahan, tidak menyukai pandangan Filo. Sikap ini menunjukkan adanya friksi antara teologi Karait di kemudian hari dengan kemungkinan kaitannya kepada filsafat Filo.
Ada pula yang berpendapat bahwa dorongan utama pembentukan Karaisme adalah reaksi terhadap bangkitnya Islam,[5] yang mengenali Yudaisme sebagai sesama orang beriman monoteistik, tetapi menyatakan golongan Yudaisme ini menyimpang dari monoteisme karena lebih mengikuti otoritas rabbinik.
Yang lain berpendapat bahwa Karaism merupakan bentuk asli Yudaisme, dari mana Yudaisme Rabbinik kemudian bercabang dan terpisah darinya.[6]
Abad ke-9
Anan Ben David (~ 715 – 795 atau 811?) (bahasa Ibrani: ענן בן דוד) secara luas dianggap pendiri utama gerakan Karait. Pengikutnya disebut Ananites dan, seperti Karaites modern, tidak percaya bahwa hukum lisan Yahudi Rabbinik merupakan ilham ilahi.
Menurut catatan Rabbanite dari abad ke-12, pada kira-kira tahun 760 M, Shelomoh ben Ḥisdai II, pemimpin Yahudi dalam pembuangan (exilarch) di Babilon, meninggal, dan dua saudara laki-laki di antara kerabat terdekatnya, ‘Anan ben David (menurut catatan Rabbanite namanya ‘Anan ben Shafaṭ, tetapi disebut "ben David" karena garis keturunan "Daud" (= David) yang dimilikinya) dan Ḥananyah, berada pada urutan penggantinya. Akhirnya Ḥananyah dipilih oleh para rabbi dari "Babylonian Jewish colleges" (golongan Ge’onim) dan oleh jemaat-jemaat Yahudi terkemuka, kemudian pilihan ini dikonfirmasi oleh Kalifah Bagdad.
Perpecahan terjadi, di mana ‘Anan Ben David diangkat menjadi exilarch oleh para pengikutnya. Namun, tidak semua pakar setuju peristiwa ini pernah terjadi. Leon Nemoy menulis bahwa "Natronai, tidak sampai 90 tahun setelah pemisahan oleh ‘Anan, tidak memberitahukan kami apapun mengenai garis keturunan bangsawannya (garis Daud) atau perebutan jabatan exilarch yang dituduhkan sebagai penyebab langsung pemisahannya (apostasy)."[7] Ia kemudian menulis bahwa Natronai — seorang Yahudi Rabbanite yang saleh — hidup di daerah di mana aktivitas ‘Anan terjadi, dan bahwa orang bijak (sage) Karait, Ya‘akov Al-Qirqisani, tidak pernah menyinggung mengenai garis keturunan ‘Anan maupun pencalonannya sebagai exilarch.[7]
Anan mengizinkan dirinya diangkat sebagai Exilarch oleh para pengikutnya, suatu langkah yang dianggap pemberontakan oleh pemerintah Muslim. Ia dihukum mati, tetapi nyawanya ditolong oleh sesama narapidana, Abū Ḥanīfa, pendiri kelompok teologi dan yurisprudensi Muslim yang terkenal. Akhiranya ia dan para pengikutnya diizinkan pindah ke Palestina. Mereka mendirikan sebuah sinagoga di Yerusalem yang terus terpelihara sampai masa Perang Salib. Dari pusat ini, sekte tersebut menyebar tipis ke seluruh Siria, sampai ke Mesir dan akhir mencapai Eropa tenggara.[8]
Anan mengkhususkan diri pada pengembangan prinsip-prinsip dasar gerakannya. Karyanya Sefer HaMiṣwot ("Kitab Perintah-perintah"; "The Book of the Commandments") diterbitkan pada sekitar tahun 770. Ia mengambil banyak prinsip dan pendapat dari bentuk Yudaisme yang anti-rabbinik yang sudah ada. Ia banyak mengambil dari ajaran kuno Saduki dan Essene, yang orang-orangnya masih ada, dan tulisan-tulisannya masih beredar. Misalnya, sekte-sekte tersebut melarang penyalaan lampu dan meninggalkan tempat tinggal pada hari Sabat (orang Saduki melarang meninggalkan rumah, sedangkan ‘Anan dan golongan Qumran melarang meninggalkan kota atau perkemahan, tetapi boleh meninggalkan rumah; ‘Anan mengatakan bahwa seseorang seharusnya tidak meninggalkan rumahnya untuk hal-hal yang tidak berguna, tetapi hanya untuk pergi bersembahyang atau mempelajari Kitab Suci); juga berpartisipasi dalam observasi langsung untuk bulan baru bagi penentuan tanggal-tanggal hari raya, serta merayakan hari Shavuot (Pentakosta Yahudi) selalu pada hari Minggu.
Masa Keemasan
Dalam "Masa Keemasan Karaisme" (tahun 900–1100) sejumlah besar tulisan-tulisan orang Karait dipublikasikan di seluruh bagian dunia Muslim. Yahudi Karait juga mendapatkan otonomi dari Yudaime Rabbanite di dunia Muslim untuk mendirikan institusi mereka sendiri. Mereka juga menduduki posisi sosial tinggi dalam dunia Muslim, seperti pemungut pajak, dokter, dan juru tulis, termasuk posisi-posisi khusus dalam pengadilan-pengadilan Mesir. Pakar Karait termasuk pelaku yang paling kentara dalam golongan filsafat yang dikenal sebagai Jewish Kalam.
Menurut sejarawan Salo Wittmayer Baron, pada satu ketika jumlah orang Yahudi yang berhubungan dengan Karaisme mencapai 40 persen orang Yahudi sedunia, dan sering terjadi perdebatan antara pemimpin-pemimpin Rabbanit dan Karait.
Yang terkemuka di antara penentang ajaran dan praktik Karait pada zaman itu adalah tulisan-tulisan Rabbi Saadia Gaon, yang akhirnya menyebabkan perpecahan permanen antara komunitas Karait dan Rabbanit.
Karait di Kekaisaran Rusia (Qaraylar)
https://upload.wikimedia.org/wikipedia/commons/thumb/a/a4/Trakai_Kenesa.JPG/220px-Trakai_Kenesa.JPG
Kenesa Karaim di Trakai.
Di akhir abad ke-19, Karait Rusia (Russian Karaites atau Crimean Karaites) mulai memisahkan diri dari Yahudi Rabbanit, sehingga mereka bebas dari sejumlah hukum anti-Semit yang berlaku atas orang-orang Yahudi. Gubernur Crimea yang diangkat oleh Tsar Rusia mengatakan kepada pemimpin-pemimpin Karait bahwa meskipun pemerintah Tsar menyukai ide bahwa orang Karait tidak menerima Talmud (yang diajarkan oleh gereja di sana sebagai alasan orang Yahudi tidak mau menerima Yesus Kristus), mereka masih tergolong orang Yahudi, dan bertanggung jawab atas kematian Yesus serta harus tunduk di bawah hukum-hukum antisemit yang baru. Mendengar hal itu, para pemimpin mencari akal untuk bebas dari hukum itu dengan mengatakan bahwa mereka sudah tinggal di Crimea sebelum kematian Yesus. Pemerintah Tsar menjawab bahwa jika mereka dapat membuktikannya, mereka bebas dari hukum tersebut. Avraham Firkovich ditugaskan oleh para pemimpin komunitas untuk mengumpulkan semua informasi yang membuktikan bahwa golongan mereka tidak berada di Yerusalem pada masa Yesus dan karenanya tidak bertanggung jawab atas kematian-Nya. Melalui hasil kerjanya ia membantu menyusun jawaban bagi para otoritas Tsar bahwa orang Karait merupakan keturunan orang-orang yang berasal dari Kerajaan Israel Utara dan karenanya telah berada dalam pembuangan berabad-abad sebelum kematian Yesus dan karenanya tidak berhubungan dengan hal tersebut. Dengan Referensi batu-batu nisan di Crimea (dan diduga mengganti tarikhnya) serta pengumpulan ribuan naskah-naskah Karait, Rabbanit, dan Samarian, termasuk dokumen Rabbanit dari Kaukasus selatan yang mengklaim bahwa orang-orang Yahudi di sana adalah keturunan orang-orang yang berasal dari Kerajaan Israel Utara. Tindakan ini meyakinkan Tsar Rusia bahwa leluhur orang Karait tidak mungkin membunuh Yesus; sehingga mereka dibebaskan dari kesalahan keluarga (yang menjadi alasan penyusunan hukum-hukum antisemit saat itu).
Semua ini hanya untuk informasi eksternal. Di dalam komunitas Ḥakhamim masih diajarkan bahwa orang Karait adalah selalu termasuk bagian orang Yahudi, beribadah dalam bahasa Ibrani, garis keturunan Kohanim, suku Lewi, dan keluarga keturunan Daud terus dipelihara dengan teliti, serta buku-buku yang dicetak dalam bahasa Ibrani tegas menyatakan bahwa orang Karait adalah orang Yahudi.
Pada tahun 1897, sensus di Rusia mencatat ada 12.894 Karaims di Kekaisaran Rusia.[9]
Pada permulaan abad ke-20, kebanyakan orang Karait Eropa tidak lagi tahu mengenai agamanya. Seraya Shapshal (Seraya Szapszal), seorang tentara bayaran Karait yang menjadi tutor bagi Shah Persia terakhir dari dinasti Qajar, Mohammad Ali Shah Qajar, dan juga seorang mata-mata Rusia, berhasil membuat dirinya terpilih sebagai Ḥakham utama orang Karait di Kekaisaran Rusia (saat itu, menurut peraturan Rusia, jabatan tersebut lebih bersifat politik dan bukan rohaniah). Ia dipengaruhi oleh gerakan "Pan-Turki" di Turki (sebagaimana diteliti oleh Dan Shapira), membuat jabatannya sebagai Kaisar-Imam, mengubah gelar "Ḥakham" menjadi "Ḥakhan" (persilangan antara gelar Turki "Khaqan" dan "Khan"), melarang penggunaan bahasa Ibrani, memperkenalkan elemen ibadah asing (seperti pemujaan pohon-pohon ek suci di pekuburan), serta mengklaim bahwa baik Yesus maupun Muhammad adalah nabi-nabi. Hal ini menyenangkan baik pemerintah Tsar Rusia Ortodoks maupun orang Muslim Turki.[10]
Setelah Revolusi Bolshevik, ateisme menjadi kebijakan negara resmi dan sekolah-sekolah agama Karait maupun tempat-tempat ibadah mereka menjadi institusi agama pertama yang ditutup oleh pemerintah Soviet. Setelahnya, informasi mengenai Karait yang boleh diajarkan hanyalah doktrin Szapszal, dan definisi resmi menurut hukum Rusia (dibawa dari hukum Tsar) yang keliru bahwa Karaimi adalah keturunan orang Turki dari Khazars, bukannya orang Yahudi.[11] Tidak semua orang Karait Eropa menerima doktrin Szapszalian. Sejumlah "Hakhamim" dan sebagian kecil populasi Karait umum masih memelihara budaya Yahudi mereka, tetapi umumnya tidak berani menentang Szapszal secara terbuka karena kedudukan resminya berkaitan dengan pemerintah Soviet.[12]
Karait modern
https://upload.wikimedia.org/wikipedia/commons/thumb/0/08/Karaim_sinagog_Ashdod.jpg/192px-Karaim_sinagog_Ashdod.jpg
Sinagoga Karait di Ashdod.
Diperkirakan ukuran gerakan Karait modern berkisar dari 4.000 orang Karait di Amerika Serikat, sekitar 100 keluarga di Istanbul, dan lebih dari 40.000 orang di Israel, populasi terbesarnya di Ramlah, Ashdod dan Beer-Sheva. Dalam sensus penduduk di Polandia pada tahun 2002, hanya ada 45 orang yang menyatakan diri "Karaims", termasuk 43 orang berwarganegara Polandia.[13]
Pada awal tahun 1920-an seorang pejabat "British mandate: di Yerusalem mencatat kunjungannya ke sebuah sinagoga Karait yang digambarkannya sebagai "kecil, bercorak Abad Pertengahan, agak di bawah tanah" melayani "koloni kecil Qaraites di Yerusalem."[14]
Pada awal tahun 1950-an, Chief Rabbinate Israel asalnya berkeberatan atas imigrasi orang Yahudi Karait ke Israel, tetapi tidak berhasil menghalanginya. Namun, pada tahun 2007, Rabbi David Ḥayim Chelouche, chief rabbi dari Netayana dikutip dalam The Jerusalem Post mengatakan, "Seorang Karait adalah seorang Yahudi. Kami menerima mereka sebagai orang Yahudi dan setiap orang dari mereka yang ingin kembali ke Yudaisme umum, kami menerima mereka kembali. Pernah ada pertanyaan apakah orang Karaite perlu menjalani "sunat penandaan" ("token circumcision") untuk beralih ke Yudaisme Rabbinik, tetapi para rabbinate setuju bahwa hal itu sekarang tidak lagi diperlukan."[15]
Moshe Marzouk, salah satu orang Yahudi Mesir yang dihukum mati pada tahun 1954 karena meletakkan bom di Kairo atas suruhan dinas intelijen Israel (Israeli Military Intelligence; the "Lavon Affair") adalah seorang Karait. Marzouk dianggap pahlawan di Israel, tetapi identitasnya sebagai Karait tidak dinyatakan jelas di koran-koran, yang hanya menggambarkannya sebagai seorang Yahudi-Mesir. Namun, pada tahun 2001, pemerintah Israel melalui dinas pos (Israel Postal Authority), mengeluarkan lembaran kenangan khusus memperingatinya dan banyak orang Yahudi Karait lain yang telah mengorbankan nyawanya untuk Israel.
Di Israel, kepemimpinan Yahudi Karait diatur oleh suatu kelompok yang disebut "Universal Karaite Judaism". Kebanyakan anggota dari "Board of Ḥakhamim" tersebut adalah keturunan orang Yahudi Mesir.
https://upload.wikimedia.org/wikipedia/commons/thumb/6/6f/Karaite_synagogue_cali.jpg/192px-Karaite_synagogue_cali.jpg
Sinagoga Karait "Congregation B’nai Israel" (Daly City, California)
Ada sekitar 4.000 orang Karait tinggal di Amerika Serikat. Sinagoga KJA "Congregation B’nai Israel" di Daly City, California, di dekat kota San Francisco merupakan satu-satunya sinagoga Karait di Amerika Serikat dengan fasilitas tetap. Para pemimpinnya berlatarbelakang Karait Mesir. Jemaat lain yang lebih kecil, "Congregation Oraḥ Ṣaddiqim", berlokasi di Albany, New York, tetapi belum memiliki fasilitas permanen, dan masih menggunakan sebuah kamar di rumah Ḥakham mereka, Ḥakham Avraham Ben-Raḥamiël Qanaï, sebagai sinagoga sementara.[16]
Lihat pula
Referensi
2.      ^ A Dissertation Concerning the Antiquity of the Hebrew Language, John Gill, p. 538-542 [1]
4.      ^ Revel, Bernard. The Karaite Halakah. Diakses tanggal 2010-05-07.
5.      ^ Oesterley, W. O. E. & Box, G. H. (1920) A Short Survey of the Literature of Rabbinical and Mediæval Judaism, Burt Franklin:New York.
7.      ^ a b See Karaite Anthology; Yale Judaica Series 7
8.      ^ "Qaraites". Encyclopædia Britannica 1911. Diakses tanggal 2012-03-08..
10.  ^ "Szapszal, Seraja Markovich - Account of his Life". Orahsaddiqim.org. 1936-06-06. Diakses tanggal 2011-09-19.
11.  ^ Karaites in the Holocaust?, A Case of Mistaken Identity, by Nehemia Gordon
13.  ^ Polish population census 2002 nationalities table 2
14.  ^ Luke, Sir Harry (1953) Cities and Men. An Autobiography. Volume II. Aegean, Cyprus, Turkey, Transcaucasia & Palestine. (1914-1924). Geoffrey Bles. London. p.245
15.  ^ Freeman, Joshua. "Laying down the (Oral) law". The Jerusalem Post, May 22, 2007, p. 14.
16.  ^ "Synagogue Building Fund". Orahsaddiqim.org. Diakses tanggal 2011-09-19.
Pustaka tambahan
  • Revel, Bernard. The Karaite Halakah. Philadelphia: Cahan Printing Co. Inc. 1913.[2]
  • Miller, Philip. Karaite Separatism in 19th Century Russia
  • Nemoy, Leon. Karaite Anthology ISBN 0-300-03929-8
  • Karaite Jews of Egypt (Mourad el-Kodsi) (1987)
  • Yaron, et al. An Introduction to Karaite Judaism ISBN 0-9700775-4-8
  • Karaite Judaism and Historical Understanding (Fred Astren) ISBN 1-57003-518-0
  • Just for the record in the history of the Karaite Jews of Egypt in modern times (Mourad el-Kodsi) (2002)
  • The Dead Sea Scrolls in the Historiography and Self-Image of Contemporary Karaites (Daniel J. Lasker) Dead Sea Discoveries, Nov 2002, Vol. 9 Issue 3, p281, 14p-294; DOI:10.1163/156851702320917832; (AN 8688101)
  • Heir to the Glimmering World (Cynthia Ozick) A fictional story about a historian of the Karaism.
  • A History of the Jews in Christian Spain (Yitzhak Baer) Vol 1
  • The Jews of Spain, A History of the Sephardic Experience (Jane S. Gerber)
  • 'The Written' as the Vocation of Conceiving Jewishly (John W McGinley) ISBN 0-595-40488-X
  • The History of the Jewish People: Volume II, the Early Middle Ages (Moses A. Shulvass)
  • Dan Shapira, "Remarks on Avraham Firkowicz and the Hebrew Mejelis 'DocumentTemplat:' ", Acta Orientalia Academiae Scientiarum Hungaricae, 59:2 (2006): 131–180.
  • M. Polliack (ed.), Karaite Judaism: Introduction to Karaite Studies (Leiden, Brill, 2004).
  • Kizilov, Mikhail, "Faithful Unto Death: Language, Tradition, and the Disappearance of the East European Karaite Communities," East European Jewish Affairs, 36:1 (2006), 73–93.
  • Shapira, Dan, Avraham Firkowicz in Istanbul (1830–1832): Paving the Way for Turkic Nationalism (Ankara, KaraM, 2003).
  • Kizilov, Mikhail, Karaites through the Travelers' Eyes: Ethnic History, Traditional Culture and Everyday Life of the Crimean Karaites According to Descriptions of the Travelers (New York, al-Qirqisani, 2003).
  • Daniel J. Lasker, From Judah Hadassi to Elijah Bashyatchi: Studies in Late Medieval Karaite Philosophy (Leiden, Brill, 2008) (Supplements to The Journal of Jewish Thought and Philosophy, 4), xvi, 296 pp.
Pranala luar

Pelayanan kasih JEMAAT PENTAKOSTA INDONESIA

Pelayanan kasih JEMAAT PENTAKOSTA INDONESIA Pelayanan yang memberi perhatian terhadap kebutuhan jasmani umat. Karena gereja adalah orangnya bukan bangunan, maka yang terlebih penting adalah pembangunan manusianya, jika jemaat secara jasmani kebutuhan pokoknya terpenuhi maka ia akan lebih banyak waktu disediakan bagi hal rohani dibandingkan yang sangat kekurangan. Khotbah Yahshua (Jesus) pada lima ribu pria dewasa selama beberapa hari, setelah melihat umat membutuhkan makanan, maka ia memberi penegasan pada para rasul (pemimpin gereja) katanya : "Kamu HARUS memberi mereka MAKAN" hal ini bukan hanya rohaniah tetapi secara ril Ia wujudkan dengan pengadaan makanan roti jasmani. Yahshua memberi contoh dan Ia sebagai guru yang mengajarkan kebenaran sebagai doktrin gereja yang seharusnya diterapkan dalam gereja. Hal ini juga ternyata terus dipraktekkan para rasul dalam gereja yang dipimpin mereka, hal ini dapat dilihat pada kisah para rasul, dikatakan "jemaat tidak seorangpun berkurangan" bahkan selanjutnya disebutkan karena perhatian hal kebutuhan jasmani menjadi bagian tugas gereja maka diangkatlah 7 diaken untuk menangani khusus hal ini. Pelayanan sosial menjadi tanggung jawab gereja, bukan hanya dikerjakan setahun sekali tapi menjadi salah satu tugas utama. Pelayanan perawatan orang sakit, penyediaan sembako, pakaian, rumah bahkan pekerjaan jemaat seharusnya gereja dapat memberikan solusi. Hal ini yang menjadi dasar dan praktek pelayanan Jemaat Pentakosta Indonesia dalam melayani umat. Selamat berjuang para pahlawan Yahweh. Weshalom Cohen JPI